Tuhan Mengontrak Usia Kita


Tuhan menurunkan hamba-Nya ke dunia beserta kontrak kapan ia akan kembali kepadaNya.

Lantas, waktu terus berjalan. Detik menjelma menit, jam berputar mengganti hari. Tiba-tiba saja, tahun demi tahun telah terlewati.

Setangkai bunga mawar yang dipetik,  perlahan-lahan kelopaknya akan melayu, lalu berguguran satu persatu hingga tak bersisa. Mungkin, demikianlah gambaran nyawa manusia.

Tuhan tak memberi tahu hambanya berapa lama masa kontaraknya. Bagai nyawa, mungkin saja saat ini mawar itu masih merah merona, mungkin saja mawar itu baru melayu, mungkin saja kelopaknya baru gugur satu, atau ... mungkin saja saat ini, kelopak mawar hanya tinggal satu, menunggu watu untuk lepas dan terhempas.

Jika ternyata benar kelopak mawar hanya tinggal satu ...
Bukankah sudah sepantasnya manusia menilai diri?
Apakah selama tahun-tahun yang terlewati itu banyak hati yang tersakiti?
Apakah ada hal yang bisa ditingggalkan untuk orang yang dikasihi?
Apakah kepergian hanya sebuah kesedihan tanpa hal baik yang dapat dikenang?
Apa kepergian hanya sebuah petaka bagi orang sekitar karna beberapa hal tak bisa terbayar?

Nahayuka
1997-2017


1 comment:

Powered by Blogger.