Baik-Baik Saja?

Ada yang sesak di dada.
Ada yang memenuhi kepala.
Ada sesuatu yang mengendap di palung jiwa
Raga ... terlalu lelah untuk membawa itu semua.
Raga memaksakan diri, hingga terseok ... jatuh sejatuh-jatuhnya.

Memang benar ...
Beberapa hal hanya pantas untuk disimpan.
Di pendam.
Untuk dinikmati sendiri.
Untuk diresapi
Di khayati
Walau perlahan-lahan menggogoti jiwa hingga berakhir mengeras ... sekeras permata hingga air dan api tak mampu melelehkan, apalagi meleburkan.
Walau pada akhirnya tak mampu membedakan panas dan dingin lagi.
Walau pada akhirnya senyuman hanya sebuah 'senyum', keceriaan hanya sebuah 'keceriaan', tanpa ada kandungan kebahagiaan.

Pada akhirnya hanya membohongi diri sendiri.
Tertawa, bilang pada semua bahwa diri tak apa-apa.
Berkata bahwa semua baik-baik saja.
Berjalan tegak seolah tak ada yang dirisaukan.

Namun ...
Luka tetap saja perih.
Mau ditutupi bagaimanapun tetap saja perih.
Dibiarkan seolah tak terluka hanya akan membuatnya membesar, garang karna tak diperhatikan.
Pada akhirnya raga akan luluh lantah karna hati dan jiwa yang terus menerus memendam luka.
Pada akhirnya hanya butuh menunggu saja ... Jiwa ... atau raga ... yang akan lebih dulu mati.

Bandung, 20-8-2017
Nahayuka








No comments:

Powered by Blogger.